Salam Redaksi

Puji syukur alhamdulilah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karuniaNya kepada kita semua sehingga untuk pertama kali OSIS SMA N I Wiradesa dapat menerbitkan majalah sekolah yang diberi nama “HIGH”
HIGH muncul atas dasar sebuah harapan besar akan tingginya cita-cita siswa-siswi SMA N I Wiradesa. Nama yang sebenarnya juga diambil dari kata honest, interesting, good dan hits ini diharapkan mampu menjadi wadah kreatifitas siswa, berbagi informasi, maupun wadah guna menampug ide dan pendapat dari, oleh, dan untuk semua warga SMA Negeri I Wiradesa khususnya para siswa.
Kami menyadari bahwa penerbitan perdana majalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami dan segenap Redaktur Majalah HIGH mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Demi keberhasilan majalah ini, kami mengharap adanya kritik serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak sehingga kedepan kami dapat menyajikan HIGH dengan lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berperan dalam penerbitan majalah ini. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, seluruh warga SMA I Wiradesa. Amin.

Jumat, 03 Februari 2012

mimbar : Isin Nanging Aja Ngisin-ngisini

Loh, kok pada bengong dan bingung gitu sih baca judulnya. Hmm,..pasti pada gak mudeng. Boleh malu tapi jangan bikin malu alias malu-maluin, gitu maksudnya. Nah, ini ni sifat yang harus ditanam, dipupuk, disirami, dan dikembangbiakkan untuk diri kita. Kok bisa? Kaya spesies tanaman langka aja musti dikembangbiakkan. Iya donk, karena cuma dengan sifat malu, insyallah kita akan selamat. Ada hadis nabinya lho. Baca dech.
عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
(رواه البخاري)
Terjemah hadits /     ترجمة الحديث :
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry Radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah :  Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka. (Riwayat Bukhori)
Nabi aja sampe bilang gitu, artinya sifat malu memang penting banget untuk dijadikan pegangan dalam hidup kita. Coba kalo kita gak punya malu, barangkali kita termasuk dari beberapa orang yang berkeliaran tanpa pakaian di sepanjang jalan itu. Hiiii… gak banget dech.
Kira-kira pelajaran apa yang bisa dipetik dari hadis tersebut ya? Coba kita cari yuk.
1.    Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya.
2.     Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun
3.    Rasa malu merupakan perilaku dan bisa dibentuk.
Masih berhubungan dengan ‘malu’, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah melewati seorang laki-laki yang sedang menasehati saudaranya tentang malu, dia berkata sesungguhnya kamu sungguh pemalu sehingga seakan-akan dia berkata “malu telah mencelakakan dirimu”, maka Rasulullah SAW bersabda: Tinggalkanlah dia karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.
Hmmm… jelas sudah bahwa perasaan malu menjadi salah satu ajaran islam yang harus terus dijaga dengan baik. Tapi harus dibedakan ya antara malu yang benar dan malu yang gak benar. Bicara malu yang benar misalnya malu karena berbuat salah, malu karena sudah berbohong, malu karena pernah berkata kasar pada orang tua maupun guru kita, dan malu-malu yang lain yang memang gak dibenarkan dalam ajaran apapun. Adapun malu yang gak benar misalnya malu dalam mencari ilmu, malu untuk bertanya tentang hal yang memang belum tahu, malu jika tidak punya motor, malu jika orang tua kita hanya seorang petani atau pekerja yang dianggap kurang high oleh masyarakat secara umum.
Oh iya, pernah dengarkan orang bilang, “ih gak punya malu”, atau “ih malu-maluin”, malah ada yang sampe bilang gini “dasar muka tembok!!”. Wah, coba kalau kalimat itu ditujukan untuk kita, pasti bikin panas hati dan telinga kan? Tapi, kalo sampai ada orang yang bilang gitu sama kita, barangkali memang kita cenderung punya bakat malu-maluin. Musti instropeksi nich. Kalau gitu bedanya malu dan malu-maluin apa ya?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering disingkat KBBI (1995:622) ,kata isin atau malu berarti perasaan yang sangat tidak enak hati (hina, rendah, dsb) karena berbuat sesuatu yang kurang baik. Misalnya dalam kalimat “ia malu karena ketahuan sedang mencuri uang”. Sedangkan kata malu-maluin masih dalam KBBI dengan halaman yang sama, memalukan/ malu-maluin diartikan menjadikan (menyebabkan, memberi) malu. Contohnya dalam kalimat “tindakannya sangat memalukan orang tuanya”. Beda bangetkan artinya. Ternyata pengulangan kata saja sudah menjadi kata yang benar-benar berbeda dari arti kata dasarnya ya. Tapi dalam edisi ini kita tidak lagi bahas kata, pengulangan, maupun arti. Jadi kita kembali ke ‘laptop’.
Pertanyaan nich, kita termasuk orang yang punya malu atau suka malu-maluin ya? Yuk kita cek. Tentang sekitar kita aja ya.
Kasus pertama:
Pernah nggak kamu ada urusan sama guru terus diminta menghadap ke kantor? Atau mau nyari salah seorang guru di kantor karena kamu butuh bicara sama beliau? Terus apa yang kamu lakukan? Ada empat kemungkinan nich. Pertama kamu mondar-mandir sambil masang mata, nglirik ke kantor coba curi pandang apakah guru yang kamu cari ada ditempat atau tidak. Kedua kamu nempel di pintu atau jendela persis kaya ikan sapu-sapu trus pasang muka dan mata alias luntap-luntup. Ketiga, kamu dorong-dorongan sama temen sebagai tanda salah satu harus masuk menemui. Karena alasan malu akhirnya hanya berakhir didorong-dorongan aja, abis tu kabuuuur. Nah, kemungkinan terakhir atau keempat, kamu langsung masuk dan menuju ke meja guru yang dimaksud, atau bahkan sampai mau bertanya sama guru lain di ruangan jika beliau yang kamu cari nggak ada.
Jika kamu termasuk tipe orang yang keempat, BU Erni hadiahi ucapan congratulation nich. Ternyata kamu orang yang punya malu. Sebab kamu dah ngalahin ‘malu-maluin’ dengan tidak ngintip dulu, mondar-mandir dulu, maupun dorong-dorongan dulu. Tapi kalau ternyata kamu masih dilevel pertama, kedua, atau bahkan yang ketiga, waduh.... janganlah. Karena hadiah yang kamu dapat adalah komentar ‘nggak kuat, nggak nahan, nggak banget, serta kutipan dari Tukul Arwana yakni ‘ndesa’. Eh, tapi ternyata kata ndesa punya nilai rasa yang lebih baik lho. Kita ganti aja, kampungan! Ah, nggak keren banget.
Lagi nich, pernah nggak kamu mogok sekolah karena permintaan motor baru belum juga dibelikan sama bapak? Kalau sampai bilang pernah, BU Erni gak mau temenan sama kamu ah karena kamu malu-maluin banget. Terkadang kita nggak pernah mikir ya, kalau orang tua sudah memberikan semua semampunya untuk mendidik kita. Tapi kalau kepengen apa gitu harapannya bisa sak deg sak nyet alias harus alias kudu. Sebetulnya orang tua punya alasan lho, antara lain;
1.    Orang tua lagi mendidik kita untuk hidup sederhana
2.    Orang tua belum yakin mengenai tanggung jawabmu kalau punya motor sendiri
3.    Orang tua lagi mendidik kita untuk lebih bersabar dalam mencapai-hal-hal yang kita inginkan.
4.    Menjaga kamu untuk tidak punya gengsi berlebih
5.    Atau bahkan orang tuamu memang lagi nggak punya uang.
Kalau kamu tetep mogok sekolah, mogok makan, marah-marah, atau malah ngediemin orang tua, maka kamu benar-benar malu-maluin banget. Lebih-lebih kalau kamu mendukung aksi orang tua untuk berhutang guna beli motor baru kamu. Nggak keren lagi, kampungan lagi. Akan lebih keren dan lebih elegan lho kalau kamu punya rasa malu untuk tidak meminta sesuatu yang memang belum dipercayakan sama kamu.
Satu pertanyaan lagi nich, pernah nyontek gak ya? Hmmm…. Yang berani jawab belum, Bu Erni traktir dech di warung Mak Tun selama seminggu. Tapi cukup mie goreng aja ya, kalau lebih nanti Bandarnya tekor, he..
Ternyata nyontek juga tindakan yang malu-maluin banget. Ini menjadi salah satu bukti kalau penyontek nggak punya kepercayaan diri. Selain itu dengan menyontek bisa menggambarkan pribadi kamu yang rapuh alias nggak punya kepribadian, kwalitas (Kw) 3 serta hadiah sebutan penjiplak tulen. Hmmm.. parah banget.
Ok, tentang isin dan ngisin-ngisini udah dulu ya. Semoga dapat menjadi pertimbangan buat kamu semua untuk mencirikan diri dengan memilih pribadi malu atau memilih pribadi malu-maluin.
Salam senyum sahabat.

Penulis: Erni Ariyanti, S.S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar